EDUKASIA.ID - Cerita nyata yang dikisahkan oleh teman, alkisah seorang guru swasta dari salah satu kota di Jawa Tengah mengikuti kegiatan kedinasan di Jakarta. Padatnya acara membuatnya kelelahan bak usai angkat 50 zak gabah.
Dicarilah tukang pijat urut, alih-alih menemukan dukun pijat seperti di kampungnya, yang dijumpai guru tersebut justru sebuah panti pijat berreklame.
Sebenarnya canggungnya sudah sampai level grogi, mengingat panti pijat kadang dikonotasikan dengan hal negatif, "masa iya, guru kok ngamar di panti pijat," gumamnya
Pergolakan pikiran itu akhirnya berakhir, setelah memastikan mendatangi panti pijat, guru tersebut memutuskan memakai jasa pijat di tempat yang belum pernah didatangi sebelumnya.
"Ah, tak apalah, gak ada pilihan lain, saya cuma mau pijat karena benar-benar kecapekan. lagian gak ada yang kenal siapa saya," ucapnya dalam hati, sesaat memasuki ruangan pijat bertembok dominan warna merah jambu dengan penerangan temaram.
Groginya semakin memuncak ketika menjawab sapaan terapis muda nan berpenampilan menarik (meminjam pilihan kata iklan lowongan kerja, untuk menyebut wanita cantik) yang hendak memijatnya.
"Oh silahkan mbak, pijat kaki saja dan gak pakai tambahan apa-apa ya!" ucapnya sembari menyelonjorkan kakinya ke posisi yang pas untuk dipijat.
Namun terapis aduhai itu tidak serta merta memijat kakinya, tetapi meraih tangan guru itu dan menciumnya. Sontak, guru swasta itu berusaha menepisnya, namun tak kuasa karena terapis lebih cepat memgang tangannya.
"Lho mbak, pijat modern kok pake acara cium tangan," ucapnya setengah bercanda pada terapis.
Terapis pun berkata, "lha pak, bapak lupa sama saya ya? Saya kan ********(tiit) murid bapak di sekolah dulu. Setelah lulus saya mengadu nasib dan dapatnya kerja disini pak" ucap terapis itu.
Duar! Bak petir di siang bolong, kagetnya setengah mati. Guru itu pun mengatur bahasa tubuhnya biar gak terkesan grogi tingkat tinggi. Sembari berkata, "ya nduk, pekerjaan ada dimana-mana, tidak harus di kota asal," ucapnya pada terapis.
Dia merasa beruntung tidak meminta layanan aneh-aneh, meski di lokasi tertutup dan berjarak ratusan kilometer dari tempat tinggalnya.
Kehormatan seorang guru diuji, bahkan di tempat yang paling tak terduga.
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.