Griya Peradaban Ungkap Urgensi Membangun Jejaring Sosial

Redaksi
0
Tangkapan layar kuliah Alternatif ke 9 Griya Peradaban. Foto ist.

Penulis: Khayatun N, Pegiat Perkumpulan Griya Peradaban

Semarang. EDUKASIA.ID - Griya Peradaban menggelar kuliah Alternatif ke 9 dengan tema "Professional and Social Network" melalui Zoom Meeting, Sabtu (25/01/2025).

Salah satu pemateri, Familla Dwi Ningsih menyampaikan, Manusia mempunyai kerangka hidup yaitu visi, misi dan value (nilai). Visi adalah arah misi tujuan atau sesuatu yang diemban atau amanah dan value adalah hasil dari visi misi.

Dengan berpedoman Al-Qur'an, Familla menjelaskan bahwa manusia sebagai Khalifah di muka bumi dan dalam hadis disampaikan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi yang lain.

Alumni Kuliah Alternatif ke 6 tersebut memandang, yang harus dimiliki untuk menjadi manusia yang profesional yang pertama adalah kebebasan, karena apabila tidak ada kebebasan akan ada kendala.

Selanjutnya, menurutnya keberanian, kejujuran dan ilmu pengetahuan. Sociopreneur adalah gabungan dari sosial dan entrepreneur, manusia sebagai makhluk sosial dan wirausaha.

"Sociopreneur adalah kegiatan bisnis untuk kepentingan bersama. Jadi bukan hanya mengumpulkan dana kemudian dibagi-bagikan. Outputnya untuk menyelesaikan masalah sosial. Jaringan dan organisasi adalah jembatan untuk menuju sociopreneur,” jelas Familla.

Diungkapnnya, dirinya berjejaring di bidang pertanian, sering berkegiatan dengan para petani. “Adik-adik semua kalau ada pelatihan-pelatihan itu jangan sungkan-sungkan, ikuti semua baik yang gratis maupun yang berbayar. Kuliah Alternatif ini salah satu membangun jejaring sosial," tukas Familla.

Ubbadul Adzkiya dari ELSA Semarang selaku pemateri kedua menyampaikan, membangun jejaring itu butuh waktu yang lama, untuk membangun interaksi dan komunikasi butuh waktu lama. Ketika berorganisasi tidak langsung merasakan hasilnya tapi bisa jadi sepuluh atau duapuluh tahun kedepan baru terasa rewardnya.

"Percaya atau tidak Indonesia merupakan netizen yang kurang sopan. Contohnya ketika Indonesia di curangi wasit dalam pertandingan sepak bola yang lalu banyak yang berkomentar negatif, banyak yang menghardik,” jelas Ubbadul Adzkiya.

Dalam bermedia sosial, menurutnya perlu dikurangi curhatan dan komentar-komentar negatif. “Karena untuk prospek ke depan. Seemosi apapun jaga jangan sampai berkomentar negatif. Karena attitude kita dinilai," sambungnya.

Menurutnya yang paling penting menjadikan kesuksesan adalah kompetensi atau skill. Dilihat dari lembaga profesional yang menjadi jaminan adalah bisa apa, bukan dari ijazah apa. Mulailah untuk mengasah kemampuan kita, membangun jejaring sosial. Jejaring sosial bisa terbangun ketika ada rasa saling percaya dan saling menguntungkan.

Kegiatan ini merupakan sesi ke 3 dari Kuliah Alternatif ke 9, diikuti oleh para pegiat griya peradaban dan peserta kuliah alternatif angkatan 9.

***

Berkontribusi di EDUKASIA.ID?

EDUKASIA.ID mengundang Anda untuk terlibat dalam jurnalisme warga dengan mengirimkan berita, artikel, atau video terkait pendidikan, isu sosial, dan perkembangan terbaru. Berikan perspektif dan suara Anda untuk membangun wawasan publik.

Kirim karya Anda melalui WhatsApp: 085640418181, Email: redaksi@edukasia.id

Youtube : EDUKASIA ID
Facebook: EDUKASIAID
Instagram: EDUKASIAID
Twitter: EDUKASIAID
Tiktok: EDUKASIAID
LinkedIn: EDUKASIAID

Posting Komentar

0 Komentar

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top