Madrasah Penuh Kenangan, Jejak Anak Desa yang Penuh Mimpi

HM. Miftahul Arief
0
Penulis dengan latar belakang situasi Masjid Miftahul Falah Betahwalang Demak. Foto Facebook.

Penulis: Prof. Dr. H. Musahadi, M.Ag, Dekan Fakultas Saintek UN Walisongo Semarang*

EDUKASIA.ID - Ini adalah suasana usai perhelatan Pengajian Nujuh Hari meninggalnya Almarhum wal maghfurlah Paklik Ustadz H. Muhammad Akrom beberapa waktu lalu.

Adik dari bapak saya tersebut adalah guru Madrasah Diniyah Miftahul Falah, pernah juga mengajar di MI Miftahulfalah Betahwalang.

Dua madrasah yang sangat sederhana di kampung halaman saya itu telah menempa saya selama enam tahun dengan penuh kisah, suka dan duka.

Gedungnya sangat sederhana, guru-gurunya juga hidup dalam kesederhanaan, tetapi mereka memiliki komitmen yang sangat tinggi dan dedikasi yang teruji, meski gaji "ora mbejaji".

Pagi saya belajar di Madrasah Ibtidaiyah dengan kurikulum sekolah plus, dan siangnya di Madrasah Diniyah dengan kurikulum 100 persen ilmu agama.

Saya merasa sangat bersyukur terlahir di sebuah desa kecil yang agak sulit dijangkau saat itu, karena akses jalannya yang bikin rekoso (susah) saat musim hujan seperti ini, karena mblethok.

Ya, "mblethok". Term yang dipakai masyarakat lokal untuk menunjuk makna jalan yang tiba-tiba menjadi lembek karena hujan, dan tak kuasa menahan beban kendaraan, hatta sepeda onthel sekalipun. Ujungnya, ya semua harus jalan kaki dengan melepas alas kaki.

Saking ndesonya, Prof. Abdul Jamil ketika menjadi Rektor IAIN Walisongo pernah berkunjung ke desa saya. Demi melihat keadaan desa saya, Profesor Filsafat tersbut berkomentar agak meledek: "Kang, desone sampeyan ini apa masih bagian dari Indonesia?. Benderanya apa ya merah putih?". Nylekit tenan ! Tapi saya tahu, itu hanya gurauan sahabat dekat.

Mengapa bersyukur? ya, karena saya dianugerahi lingkungan hidup yang agamis. Salah satu infrastruktur penopangnya adalah dua madrasah dan masjid yang membentuk warna dan karakter hidup saya hingga kini.

Foto dengan latar belakang Masjid Miftahul Falah yang sangat anggun dan keren ini membangkitkan memori masa kecil yang luar biasa indah. Memori tentang anak kampung yang terpencil, serba kekurangan, tetapi memiliki mimpi tentang masa depan.

Area masjid dan madrasah ini menorehkan jejak-jejak sejarah masa kecil saya yang penuh kenangan. Terlebih di bulan Sya'ban dan Ramadhan.

Andaipun waktu bisa diputar ulang, dan andai saya diberi tawaran untuk dilahirkan di kota apa di desa. Sungguh, saya akan menjawab, saya akan pilih terlahir di desa, jika desanya seperti Betahwalang Bonang Demak. Tenan iki !

*Tulisan ini dikutip dari medsos pribadi penulis. Red.

***

Berkontribusi di EDUKASIA.ID?

EDUKASIA.ID mengundang Anda untuk terlibat dalam jurnalisme warga dengan mengirimkan berita, artikel, atau video terkait pendidikan, isu sosial, dan perkembangan terbaru. Berikan perspektif dan suara Anda untuk membangun wawasan publik.

Kirim karya Anda melalui WhatsApp: 085640418181, Email: redaksi@edukasia.id

Youtube : EDUKASIA ID
Facebook: EDUKASIAID
Instagram: EDUKASIAID

Twitter: EDUKASIAID
Tiktok: EDUKASIAID
LinkedIn: EDUKASIAID

Posting Komentar

0 Komentar

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top