Optimisme Muslim dalam Menghadapi Tantangan Kehidupan

HM. Miftahul Arief
0
Ilustrasi. Foto Pixabay.

Penulis : Ahmad Baedowi, Dosen PAI Univeritas Indonesia

EDUKASIA.ID
- Di era globalisasi ini kehidupan manusia mengalami tantangan dan kompleksitas yang luar biasa. dilingkupi dengan berbagai macam masalah serta persoalan. Dari mulai masalah tiap individu sampai dengan masalah bangsa sebagai komunitas. Dalam Surat Al Baqoroh ayat 155 disebutkan:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

Terjemahan Kemenag 2019

“Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar,”

Allah memberikan peringatan kepada manusia untuk selalu tabah dan berpegang teguh dalam menghadapi segala persoalan kehidupan. Sesungguhnya ujian dan cobaan itu merupakan rahmat dan kasih sayang yang Allah berikan kepada hambanya. Tujuan dari adanya cobaan dalam hidup untuk mengetahui secara lahiriyah, mana hamba Allah yang pandai bersyukur mana yang kufur, mana yang beriman dan mana yang berdusta, mana yang bersabar dan mana yang cepat putus asa. Karena harapan meraih kesuksesan dunia dan akhirat adalah dambaan setiap kita. 

Banyak dari kita ingin meraih kesuksesan dalam waktu singkat padahal sebenarnya tidak ada kesuksesan yang diraih secara instan tanpa kerja keras perjuangan. Tidak sedikit manusia yang mengalami kegelisahan yang luar biasa saat dilanda kegagalan, karena kemampuan mengendalikan diri bergantung pada kemantapan dan kemauan manusia dalam melihat dan mengambil keputusan dengan jelas.

Setiap manusia pasti mempunyai harapan, tanpa adanya harapan mereka tidak mempunyai arti sebagai manusia. Harapan dan cita-cita sering disamakan. Walaupun keduanya berbeda. Harapan adalah keinginan yang belum terwujud. Sedangakan cita-cita adalah sebagai keinginan yang ada dalam hati seseorang, yang mungkin bisa tercapai atau tidak. Agar cita-cita itu dapat terkabul dibutuhkan beberapa faktor, di ataranya yaitu berusaha, berdoa, dan bekerja keras.

Kerja keras yang dilakukan setiap manusia memerlukan bahan bakar yakni sikap optimisme yang merupakan cara pandangan secara menyeluruh, melihat segala hal sebagai hal baik, berpikir dengan positif dalam rangka untuk mencapai harapan dan cita-cita yang diinginkan. Optimisme merupakan sikap yang akan mendorong seorang individu untuk terus berusaha melangkah pantang menyerah guna mencapai tujuan dan cita-cita yang diinginkan. Seberat apapun problematika yang dihadapi. Khususnya dewasa ini menghadapi ketidakpastian global yang sangat menyita waktu dan pikiran kita.

Ketika seseorang kehilangan optimisme dalam dirinya, maka ia gagal meraih harapan dalam kehidupannya. Padahal, Islam menekankan agar manusia selalu optimis terhadap masa depannya. Al-Qur`an memandang optimisme sebagai faktor penting dalam menggerakkan roda kehidupan agar umat manusia memliki arah dan harapan dalam menjalani kehidupan serta menuju kebaikan dan kebahagiaan sejati. Dalam Qur’an Surat Az Zumar ayat 53 disebutkan:

۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Terjemahan Kemenag 2019

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya.663) Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Semua dosa bisa diampuni Allah Swt., kecuali dosa syirik (lihat surah an-Nisā’ [4]: 48).

Menurut Imam Nawawi dalam Tafsir Munir menjelaskan bahwa jangan pernah berputus asa dari segala ampunan dan anugerah Allah, seburuk apapun masa lalu kita maka hentikan perbuatan tersebut dan hendaklah beroptimisme karena Allah Maha Pengampun dan Pemberi Rahmat terhadap umatnya yang mau berusaha kembali ke jalan yang benar dan bertaubat. 

Sedangkan menurut Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar disampaikan bahwa ayat ini merupakan panggilan untuk kembali kepada Allah, panggilan kepada orang yang perjalanannya tersesat kehilangan arah karena terlalu banyaknya dosa, panggilan yang berisi harapan kembalinya kepercayaan kepada diri sendiri karena terasa kembali kasih sayang Allah dan ampunan Allah yang sangat luas terhadap hamba-Nya. Allah mengetahui kelemahan hamba-Nya dan Allah tidak membiarkan manusia berjalan terlunta-lunta sendirian karena Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Dalam surat Yunus ayat 6-7 disebutkan

اِنَّ فِى اخْتِلَافِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا خَلَقَ اللّٰهُ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَّقُوْنَ اِنَّ الَّذِيْنَ لَا يَرْجُوْنَ لِقَاۤءَنَا وَرَضُوْا بِالْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَاطْمَـَٔنُّوْا بِهَا وَالَّذِيْنَ هُمْ عَنْ اٰيٰتِنَا غٰفِلُوْنَۙ

Terjemahan Kemenag 2019

“Sesungguhnya pada pergantian malam dan siang dan pada apa yang diciptakan Allah di langit dan di bumi pasti terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi kaum yang bertakwa. Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami (di akhirat), merasa puas dengan kehidupan dunia, dan merasa tenteram dengannya, serta orang-orang yang lalai terhadap ayat-ayat Kami.”

Sikap optimisme memunculkan harapan terhadap masa depan di dunia dan akhirat menyebabkan manusia berperilaku baik, dan harapan itulah yang memperbaharui dan memperbaiki kualitas perilakunya. Al-Qur`an memandang sikap optimis terhadap masa depan berkaitan erat dengan Sunnatullah. 

Pondasi optimisme terhadap masa depan dalam Al-Qur`an adalah memperbanyak karya baik dan meninggalkan keburukan, yang dengan ia akan meraih kemenangan dan mencapai kebahagiaan sejati.

Untuk itu sebagai seorang muslim harus selalu optimis dalam menghadapi ujian atau cobaan dalam kehidupan di dunia, terlebih di Tengah ketidakpastian global yang tidak ayal mendorong kita kepada keputusasaan dalam hidup. 

Sebagai seorang muslim wajib hukumnya kita menyerahkan seluruh persoalan kepada Allah disertai dengan ikhtiar semaksimal mungkin, sebab hanya Allah tempat meminta dan tempat berlindung bagi makhlukNya. Seorang muslim tidak punya kata pesimis dalam kamus hidupnya, karena setiap ada kesulitan pasti disitu ada kemudahan.

Wallahu a'lam bishowab.

***
Berkontribusi di EDUKASIA?

EDUKASIA.ID mengundang Anda untuk terlibat dalam jurnalisme warga dengan mengirimkan berita, artikel, atau video terkait pendidikan, isu sosial, dan perkembangan terbaru. Berikan perspektif dan suara Anda untuk membangun wawasan publik.

Kirim karya Anda melalui WhatsApp: 085640418181, Email: redaksi@edukasia.id
Youtube : EDUKASIA ID
Facebook: EDUKASIAID
Instagram: EDUKASIAID
Twitter: EDUKASIAID
Tiktok: EDUKASIAID
LinkedIn: EDUKASIAID

Posting Komentar

0 Komentar

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top