
Praktik amaliyah Aswaja MI Terpadu di MI Riyadhus Sholihin Sukoharjo. Foto ist.
Sukoharjo, EDUKASIA.ID – Penanaman karakter religius di sekolah atau madrasah memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian siswa. Dengan waktu belajar sekitar 6–7 jam sehari, madrasah dapat menerapkan berbagai kegiatan positif sebagai bagian dari pembiasaan.
Hal ini menjadi salah satu fokus utama MI Terpadu Riyadhus Sholihin Sukoharjo, yang secara konsisten menerapkan penanaman karakter religius setiap hari mulai pukul 07.00 hingga 08.30 WIB. Kegiatan diawali dengan berwudhu, dilanjutkan dengan shalat Dhuha berjamaah, pembacaan doa shalat Dhuha, serta Asmaul Husna bersama-sama.
“Semua kegiatan tersebut dilakukan menggunakan suara yang keras, serta dipimpin oleh imam, yang mana imam tersebut berasal dari anak laki-laki kelas 2 hingga 3 secara bergantian setiap harinya,” ujar Diana Zulfa Nurfarihah, Guru MI Terpadu Riyadhus Sholihin Nguter Sukoharjo, Sabtu (15/2/2025).
Setelah shalat Dhuha, siswa melanjutkan kegiatan mengaji dengan metode talaqqi, yang dipimpin oleh Ustadzah Naela Nur Hayati Al-Hafidzoh. Metode ini memastikan bahwa bacaan dan hafalan Al-Qur’an siswa memiliki sanad yang jelas. Selanjutnya, dilakukan sesi mengaji dengan sistem sorogan, di mana siswa membaca Al-Qur’an secara individu kepada pengajar. Untuk meningkatkan kelancaran membaca Al-Qur’an, madrasah juga menerapkan Tahsin Metode Baghdadiyah serta setoran hafalan kepada ustadz dan ustadzah pengampu.
Selain pembelajaran harian, MI Terpadu Riyadhus Sholihin juga menerapkan pembiasaan ziarah kubur, dzikir, dan tahlil setiap hari Jumat. Kegiatan ini bertujuan menanamkan pemahaman tentang kehidupan setelah kematian serta pentingnya doa dari anak yang shalih dan shalihah bagi orang tua dan leluhur mereka.
Setelah seluruh rangkaian kegiatan religius, siswa melanjutkan pembelajaran ilmu pengetahuan umum hingga waktu Dzuhur tiba. Madrasah juga menerapkan shalat Dzuhur berjamaah agar siswa memahami pentingnya menjalankan shalat fardhu secara tepat waktu.
Menurut Diana Zulfa, pemilihan madrasah yang tepat sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak. Madrasah yang baik adalah yang mampu membentuk siswa menjadi pribadi yang religius, sopan, santun, serta mampu mengatur waktu dengan baik antara beribadah, belajar, dan bermain.
Dengan pembiasaan yang rutin dan tertib, siswa diharapkan dapat memahami serta membedakan waktu untuk beribadah dan belajar. Dewan guru bertindak sebagai pendamping yang memastikan setiap siswa terlibat aktif dalam kegiatan religius, sehingga nilai-nilai keislaman dapat tertanam dengan kuat dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Editor : HM. Miftahul Arief
***
Berkontribusi di EDUKASIA.ID?
EDUKASIA.ID mengundang Anda untuk terlibat dalam jurnalisme warga dengan mengirimkan berita, artikel, atau video terkait pendidikan, isu sosial, dan perkembangan terbaru. Berikan perspektif dan suara Anda untuk membangun wawasan publik.
Kirim karya Anda melalui WhatsApp: 085640418181, Email: redaksi@edukasia.id
Youtube : EDUKASIA ID
Facebook: EDUKASIAID
Instagram: EDUKASIAID
Twitter: EDUKASIAID
Tiktok: EDUKASIAID
LinkedIn: EDUKASIAID
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.