
Semarang. EDUKASIA.ID - Kegandrungan anak-anak akan gadget kerap membuat orangtua panik, mereka khawatir akan kesehatan mata dan psikisnya. Untuk melawannya, ada satu hal yang bisa dicoba dilakukan sebagai tritmen, yakni menyediakan buku bacaan.
Hal tersebut dinyatakan kepala MI Miftahul Akhlaqiyah Ngaliyan Semarang, H Rif’an Ulil Huda, M.Pd. sedikit atau banyak, dengan menyediakan buku bacaan, membuat anak akan teralihkan dari godaan gadget.
"Menyediakan buku bacaan membuat anak terbelokkan dari kecanduan gadget," ungkapnya, Jumat (25/4/2025).
Namun, tak sembarang buku bacaan layak dan diminati anak. Rif'an menyebut, perlu selektif agar buku bacaan diminati dan pas untuk anak.
"Memang harga juga tak menipu, artinya buku bacaan bagus dan menarik siswa biasanya bahannya juga bagus sehingga harganyapun lebih mahal," tukasnya.
Namun, semahal-mahalnya buku bacaan, tetap saja terjangkau apalagi dialihkan dari bajet pembelian kuota data.
Ia mencontohkan, ketika Ada turut serta dalam Kalam Expo 2025 di Auditorium 2 UIN Walisongo pada Sabtu (19/04/2025). Stand Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Akhlaqiyah tampak menjadi oase literasi, terutama bagi para pengunjung anak-anak.
Pasalnya, stand madrasah ini menghadirkan konsep perpustakaan mini yang menarik perhatian dan mengundang minat baca anak-anak.
Tampak sejumlah anak-anak antusias membolak-balik halaman buku, ada yang membaca sendiri, ada pula yang didampingi.
Ide perpustakaan mini ini memang sengaja dihadirkan sebagai bagian dari upaya madrasah untuk mempromosikan literasi di kalangan anak-anak.
“Kami percaya bahwa menumbuhkan minat baca sejak dini adalah investasi penting untuk masa depan mereka. Melalui perpustakaan mini ini, kami ingin menciptakan pengalaman membaca yang menyenangkan dan mudah diakses oleh anak-anak,” tuturnya.
Keberadaan perpustakaan mini di stand MI Miftahul Akhlaqiyah ini menjadi bukti nyata bahwa pendidikan dan literasi dapat dihadirkan dalam berbagai format yang menarik. Langkah ini diharapkan dapat menginspirasi para pengunjung Kalam Expo 2025, khususnya para orang tua dan pendidik, untuk terus mendorong budaya membaca di lingkungan masing-masing.
Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.