Krisis Kesehatan Mental Mahasiswa dalam Proses Penyusunan Tugas Akhir

Redaksi
0
Ilustrasi mahasiswa sedang dalam tekanan berat saat menyusun tugas akhir. Foto Unsplash.

Opini oleh : Anishatul Rahmah, Mahasiswa Universitas Jember

EDUKASIA.ID - Beberapa tahun terakhir, berbagai portal berita dihebohkan dengan kasus mahasiswa yang bunuh diri akibat tekanan berat dalam menyusun tugas akhir. Tugas akhir, atau yang biasa disebut skripsi, merupakan kewajiban utama sebagai bentuk pertanggungjawaban akademik setelah menempuh proses belajar dan memahami mata kuliah selama delapan semester untuk memperoleh gelar sarjana.

Namun, saat ini banyak mahasiswa merasa tertekan karena beban yang diberikan oleh dosen pembimbing dianggap sangat berat. Banyak di antara mereka mengalami depresi berat hingga akhirnya mengambil langkah bunuh diri lantaran kesulitan menghadapi fase skripsi. Beberapa penyebab utama stres yang dialami mahasiswa antara lain seperti sulitnya untuk bertemu dosen pembimbing, judul skripsi yang ditolak beberapa kali, Dosen yang terlalu perfeksionis, sehingga bahkan hal kecil dijadikan masalah.

Di sisi lain, mahasiswa tidak hanya menghadapi tekanan dari lingkungan akademik. Mereka juga dihadapkan dengan persoalan internal seperti sifat introvert yang membuat mereka merasa malu atau takut untuk menemui dosen, serta masalah keluarga, ekonomi, pertemanan, hingga percintaan.

Dilansir dari Kompas.com (15/07/2020), seorang mahasiswa di Samarinda, Kalimantan Timur, berinisial BH (17) diduga bunuh diri dengan cara gantung diri setelah tujuh tahun kuliah namun belum kunjung lulus. Kasus ini terjadi karena skripsi yang sering ditolak oleh dosen pembimbing. BH sering terlihat diam dan murung sebelum akhirnya ditemukan meninggal di rumah kakak angkatnya, Jalan Pemuda, Samarinda, pada Sabtu (11/07/2020) sore.

Sementara itu, berdasarkan pemberitaan dari Detik Jatim (9/01/2024), seorang mahasiswa di Malang nekat bunuh diri dengan menceburkan diri ke aliran Sungai Brantas. Korban berinisial MAS (24), warga Kepanjen, Kabupaten Malang, diketahui mengalami depresi karena tidak mampu menyelesaikan skripsinya. "Dari keterangan keluarga, korban diduga mengalami depresi akibat skripsi yang tidak kunjung selesai," ujar Kasat Reskrim Polres Malang, AKP Gandha Syah Hidayat, kepada wartawan (Selasa, 09/01/2024). MAS tercatat sebagai mahasiswa semester sembilan di salah satu perguruan tinggi negeri di Malang. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pendidikan diduga menjadi pemicu korban mengambil jalan bunuh diri.

Menurut penulis, yang saat ini sedang menempuh pendidikan di semester akhir (semester 6), kasus-kasus bunuh diri dan depresi yang dialami oleh mahasiswa membuat penulis merasa gentar menghadapi tugas akhir. Penulis, sebagai mahasiswa semester enam, merasa khawatir dan takut menghadapi fase tugas akhir di tengah maraknya kasus serupa.

Depresi bukanlah hal sepele. Sudah seharusnya dosen tidak hanya berperan sebagai penguji akademik, tetapi juga sebagai pendamping yang peduli terhadap kondisi psikologis mahasiswa. Dosen bisa lebih terbuka dengan menyediakan waktu, meskipun singkat, untuk melakukan bimbingan secara daring, terlebih di tengah kesibukan akademik mereka yang padat. Pihak kampus juga memiliki peran penting dengan menyediakan layanan konseling psikologis yang aktif, mudah diakses, dan gratis bagi mahasiswa. Langkah ini penting sebagai upaya preventif agar mahasiswa tidak merasa sendirian dalam menghadapi tekanan studi.

Bagi pemerintah, penting untuk menyusun regulasi atau kebijakan pendidikan tinggi yang tidak hanya menekankan target akademik, tetapi juga memperhatikan aspek kesejahteraan mental mahasiswa. Pemerintah dapat mengalokasikan dana khusus untuk program kesehatan mental di kampus serta mengadakan pelatihan kepada dosen mengenai pendekatan humanis dalam membimbing mahasiswa. Dengan kolaborasi antara dosen, kampus, dan pemerintah, diharapkan krisis kesehatan mental mahasiswa dapat diminimalisasi, dan proses penyusunan skripsi tidak lagi menjadi momok menakutkan.

Posting Komentar

0 Komentar

Komentar menggunakan bahasa sopan dan tidak mengandung unsur SARA. Redaksi berhak mengedit komentar apabila kurang layak tayang.

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Learn More
Ok, Go it!
To Top